Sunday, April 17, 2011

PASKIBRAKA : dari Seragam Sampai Lambang

Pakaian Seragam PASKIBRAKA dulu dan sekarang

Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap atribut.

Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.


Lambang Anggota PASKIBRAKA dulu dan sekarang

Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu mendapat kritikan negatif dari sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan dan popularitas pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak. "Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang lain pula. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka itu. Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang tulisan “PASUKANPENGEREK BENDERA PUSAKA”.

Lambang KORPS PASKIBRAKA

Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi Bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:

1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.

2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.

3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.

4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.

Tanda Pengukuhan - Kendit

TANDA PENGUKUHAN

Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis/Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya. Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya seharihari. Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.

Tanda Pengukuhan - MPG

Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm). Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm. Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.

Sumber : Bulletin Paskibraka 78, Edisi Agustus 2007

Penulis : Syaiful Azram

http://www.paskibraka-jp.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8:seragam-lambang&catid=5:umum&Itemid=2

Friday, August 20, 2010

SMA mau pake SKS???

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia, taufiq, dan hidayahNya, atas selesainya Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk SMP/MTs dan SMA/MA. Penyelenggaraan SKS adalah sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat (1) yang menyatakan: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”. Selanjutnya pada butir (f) dinyatakan: “Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 11
Ayat (1), (2) dan (3) mengatur bahwa: ”Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks)”. Ayat (2)
”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester”; Ayat (3)
”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester”.

Penerapan SKS dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk menambah kekayaan pengelolaan pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan satu-satunya cara, yaitu sistem Paket. Melalui penerapan SKS ini dimungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

Panduan penyelenggaraan SKS ini disusun untuk SMP/MTs dan SMA/MA, namun demikian panduan ini juga dapat diterapkan pada satuan pendidikan lainnya dengan melakukan penyesuaian dan memperhatikan karakteristik satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pengembangan Panduan Penyelenggaraan SKS untuk SMP/MTs dan SMA/MA ini melalui perjalanan yang cukup panjang dan melibatkan berbagai unsur, yaitu Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan, Perguruan Tinggi, sekolah/madrasah, dan direktorat
di lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional. BSNP menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak atas partisipasi, dedikasi, dan kontribusi mereka sehingga buku panduan ini dapat disusun. Semoga Panduan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SKS di sekolah/madrasah, demi peningkatan kualitas pendidikan kita.

Panduan Terlampir, klik disini

Sumber : Badan Standar Nasional Pendidikan

Tulisan ini diambil dari sini

Thursday, August 19, 2010

WONG FEI HUNG, ISLAM TILL DIE....

السلام عليكم . بِسْــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus.

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri.

Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Alah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amin

http://www.facebook.com/pages/-ISLAM-TERBUKTI-BENAR-/298400792751.

Saturday, August 14, 2010

IBNU SINA

370 H.-428 H./980 M-1037 M.

Kelahiran dan pertumbuhannya:
Nama lengkapnya adalah Husein bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina yang dijuluki dengan Abu Ali. Ibnu Sina lahir di desa Afsinah, sebuah desa yang berbatasan dengan kota Bukhara di Republik Ozbekistan. Dia dibesarkan di dalam keluarga yang stabil. Ayahnya berasal dari desa Balah kemudian pindah ke kota Bukhara di masa pemerintahan Amir Nuh bin Mansur. Dia bekerja di suatu ladang di suatu desa di Bukhara yang bernama Khormisin, akan tetapi dia tinggal di desa Afsinah, karena pertimbangan dekat dengan tempat kerjanya. Ayahnya mempunyai waktu dan fasilitas untuk mendidik dan mengajari Ibnu Sina dan saudara-saudaranya dengan baik sesuai dengan tingkat pendidikan anak di kala itu. Orang tuanya telah mencarikan guru Alquran dan sastra buat mereka. Ibnu sina berhasil menghafal Alquran dalam usia sepuluh tahun.


Mencari Ilmu:
Setelah Ibnu sina berhasil mempelajari banyak buku-buku sastra, orang tuanya mengirimnya kepada seorang guru untuk mengajarinya matematik, seterusnya fikih, metodologi penelitian dan apologi. Kemudian dia belajar ilmu Tasauf, mantik dan filsafat. Dia sangat pakar dalam bidang kedokteran dan terkenal ke mana-mana, sehingga para ilmuan kedokteran berdatangan belajar kepadanya.
Ibnu Sina belajar dengan sungguh-sungguh siang malam. Malam membaca buku, siang belajar dari guru. Secara rutin, dia terus belajar fikih dan filsafat. Dalam mencari solusi suatu masalah, dia mempunyai cara tersendiri. Beliau berhasil menyelesaikan studinya dalam usia yang masih dini. Konon dikatakan bahwa dia berhasil menyelesaikan semua itu dalam usia enam belas atau delapan belas tahun.


Popularitas dan Posisinya:
Di waktu sang Raja, Nuh bin Mansur kena penyakit, para dokter merasa kebingungan mencari obatnya. Ketika itulah nama Ibnu Sina terdengar ke telinga sang raja, lalu beliau memanggilnya untuk ikut dalam tim medis yang akan mengobati sang raja. Ibnu Sina melakukan tugas yang dibebankan kepadanya tersebut dengan baik, sehingga sang raja pun sembuh. Setelah itu sang raja memberikan izin khusus kepadanya untuk masuk ke perpustakaan yang ada di istana. Ibnu Sina mengggunakan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya, di mana dia berhasil membaca semua buku yang ada di dalamnya, tanpa kecuali.
Ibnu Sina mulai mengadakan pengembaraan, ketika Daulat Samaniah mulai mengalamai kekacauan. Pertama sekali dia berangkat ke Bukhara, kemudian ke Karkanang. Selama dalam perjalanan dia selalu memakai pakaian pakar fikih, sehingga sultan Khuwarazmi menerimanya dengan penuh hotmat. Setelah itu dia meneruskan pengembaraannya ke Jurjan, lalu ke Khurasan, kemudian berangkat lagi ke Dahastan. Pada akhirnya dia kembali ke Jurjan dan di kota itu dia berhasil bertemu dengan Syekh Jurjani.
Di kota Jurjan, kedudukan Ibnu Sina cukup tinggi, dia sempat menduduki kursi menteri dua kali yaitu di masa Daulat Hamadan. Selama hidupnya Ibnu Sina tidak pernah berhenti membaca, menulis dan mengarang. Dia memberikan pelajaran kepada para santrinya di awal malam, sedangkan di pagi hari dia berangkat ke Kementerian.


Hasil Karyanya:
Hasil karya Ibnu Sina kurang lebih 250 buah, sebagian dalam bentuk buku, sebagian bentuk risalah dan yang lain dalam bentuk makalah, semuanya berkisar dalam bidang matematika, mantik, akhlak, fisika, kedokteran dan filsafah.
Hasil karya Ibnu Sina yang paling terkenal adalah dalam bidang kedokteran. Dalam bidang ini beliau berhasil menyususn buku "Al Kanun" yang memuat analisanya yang begitu rinci dan detil, seperti hubungan antara rematik dengan beberapa penyakit paru-paru lainnya, peranan air dan debu dalam penularan penyakit, hubungan antara faktor kejiwaan dengan penyakit pisik serta beberapa sebab penyakit yang sangat langka.
Buku "Al Kanun" tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa dan dijadikan sebagai bahan kajian di berbagai perguruan tinggi secara terus menerus selama empat belas abad.
Ibnu Sina juga mempunyai andil besar dalam bidang fisika seperti teemuat dalam bukunya As-syifa, An Najah dan Al Isyarah.


Wafatnya:
Walaupun Ibnu Sina sangat pakar dalam ilmu kedokteran, namun beliau kurang perhatian terhadap kesehatannya sendiri, sehingga dia sering sekali di timpa penyakit yang menyebabkan kondisi tubuhnya sangat lemah. Beliau meninggal dunia di Hamdan pada tahun 428 H./ 1037 M

Friday, August 13, 2010

Detik Kelahiran Gerakan Pramuka


Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.


Kelahiran Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu 1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA


· Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.


· Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.


2. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.


Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan\ Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang
penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan
Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka


Diperoleh: “http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gerakan_Pramuka_Indonesia”


tulisan diambil dari situs ini, saya ga sempat bikin sendiri... besok dah hari pramuka... Selamat Hari Pramuka yah.....

Wednesday, August 11, 2010

(Beberapa) Pengurus Masjid pun ikut menjauhkan anak-anak Islam dari Masjid

Tarawih malam kedua, seperti malam pertama, masjid dusunku masih penuh oleh jama'ah, laki-laki, wanita, dan tak ketinggalan anak-anak..... pokoknya rame.

Sholat (bukan sembahyang lho...) isya pun dilaksanakan.... sampai salam diperdengarkan, semua masih baik-baik saja.
saat dzikir pun semua masih normal, nah mendekati ujung dari dzikir, ada suara dari salah satu pengurus masjid di belakang yang memerintahkan anak-anak untuk mundur ke shaf paling belakang.... dengan alasan "orang-orang tua ada di belakang mereka" (di belakang shaf anak-anak memang ada orang tua, dewasa, dan ada ustadz pesantren juga dan untuk diketahui anak2 ini datang dan masuk ke masjid jauh sebelum sholat dimulai)....

ini nih... hati ane mulai terusik....

rasanya di dalam rumah Alloh itu semua sama.... baik tua, muda, pangkat, harta, dsb... siapa yang datang duluan, dia dapat onta (kata lainnya shaf depan...), kebelakang dan seterusnya.... bukan kemudian, karena dia orang tua, maka musti di depan... nggak.....!!! sepengetahuanku yang masih hijau ini, siapa yang duluan dia dapat shaf depan. ntah itu presiden, jendral, kapten, kopral, tukang becak, tua, muda, anak-anak..... semua tak ada bedanya....

nah di kasus yang kutemui malam ini, anak-anak inilah yang datang dan masuk duluan ke dalam masjid(dan mereka sebenarnya dapat shaf yang dibelakang) saat adzan isya berkumandang, barulah para orang tua yang masih duduk diluar masjid masuk ke dalam, dan otomatis dapat shaf di belakang anak2.....

mungkin ada yang tidak sependapat dengan ku... okelah.... tapi coba lihat apa dampaknya terhadap anak-anak Islam ini... mereka sudah bersemangat untuk datang ke masjid pada bulan suci (dibulan bulan lainnya jarang tuh terjadi), eh.... tau tau.. mereka diusir kebelakang.... (padahal mereka tidak terlalu ribut).... inilah yang nantinya membekas pada diri mereka. mereka akan berpikir, "ah malas datang ke masjid, kita dianggap bikin ribut". bahkan orang2 tua sebagian tidak mau membawa anaknya kemasjid karena takut bikin ribut di masjid.... hufttt....

oke masalah kita kelompokkan:

pertama, masalah anak2 ribut di masjid. solusinya adalah mereka dinasehati dan diingatkan secara halus (ingat, mereka anak2...) supaya tidak ribut. bukannya mengusir mereka kebelakang shaf (secara tidak langsung, kita mengatakan kepada mereka, "dah, jangan ribut, jangan ganggu orang sholat, pindah sana kebelakang, ga usah sholat"). ah masa' iya??? yups... betul... yang terjadi malam ini akhirnya, anak2 itu pindah kebelakang dan memang tidak ikut sholat, dan sangat ribut dibelakang... nah lo.... dan akhirnya mereka juga yang disalahkan oleh jamaah ibu2 karena ribut.... padahal di malam pertama tarawih, mereka di shaf tengah dan gak ribut, seribut malam ini..... huffttt.... kasian generasi muda Islam ini.....

kedua, bukannya ane ga menghormati orang tua, seharusnya para orang tua ini sadar dan memberikan contoh.... seharusnya mereka masuk duluan ke dalam masjid, bukannya nongkrong dulu di luar, sehingga shaf depan diisi oleh anak2 kecil..... maaf ya... bapak2 dan para ustadz..... :)

ketiga, buwat pengurus masjid, cobalah pahami karakter anak-anak kita. pahamilah, bahwa anak-anak itu adalah pewaris kita. mati kita besok, siapa yang akan menggantikan posisi anda sebagai pengurus masjid, kalo ga anak2 ini?? padahal kita secara tidak langsung telah mengusir mereka dari masjid dengan cara-cara seperti itu....

yah... mungkin ini sekelumit kegelisahan ane saja.... pengurus masjid di dusun ane dan orang2 tuanya juga kagak akan membaca blog ini. coz kagak ada yang bisa make' internet :D. yang penting ane udah sampekan....

Sunday, August 8, 2010

Test

test bikin blog baru di tengah malam buta, semoga blog ini terurus.....